Selasa, Agustus 27, 2013

BERLINDUNG DARI ILMU YANG TIDAK BERMANFA’AT


Tidak diragukan lagi tentang keutamaan orang berilmu di sisi Allah, seperti telah diterangkan Allah SWT di dalam Kitab suci Al Quran atau dinyatakan Nabi SAW melalui hadits-hadits beliau; yaitu apabila orang yang berilmu itu adalah mukmin yang mantap dengan keimanannya.

“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 58. Al Mujaadilah: 11)

Dalam hadits Nabi SAW dinyatakan bahwa: “Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan  dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.” (HR. Muslim)

Sungguhpun demikian, apabila ilmu yang kita diperoleh adalah menambah tipis keimanan dan menambah jauh kita dari Allah, maka ilmu yang demikian adalah ilmu yang tidak bermanfa’at bahkan menjerumuskan…

Adalah suatu yang mengherankan apabila seseorang sudah meraih gelar kesarjanaan dalam ilmu-ilmu keislaman sehingga dia-pun dijuluki orang sebagai profesor di bidangnya, namun ilmu yang diperolehnya tadi ternyata menambah keraguannya kepada Allah, atau menggoyahkan kepercayaannya kepada prinsip-prinsip iman dan Islam… Lalu, orang tersebut tampil sebagai sosok yang malas beribadah kepada Allah serta melupakan kewajibannya sebagai muslim yang beriman. Orang berilmu sedemikian rupa, bukan hanya celaka, bahkan mencelakakan orang lain, maka “waspadalah kamu atas ketersesatan orang-orang berilmu!”

Nabi SAW mengungkapkan dalam do’a ta’awwuz (permohonan perlindungan)nya sebagai berikut:

اللَّهمَّ إني أعوذ بك من العجْزِ ، والكَسَلِ ، والجُبنِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وعذاب القبر ، اللَّهمَّ آتِ نَفسي تَقْوَاها ، وزَكِّها أَنت خَيرُ مَنْ زكَّاهَا ، أَنتَ وَلِيُّها ومولاها، اللَّهمَّ إِني أَعوذ بك من علم لا ينفعُ ، ومن قَلبٍ لا يَخشَع ، ومن نَفسٍ لا تشبع ، ومن دعوة لا تُستَجَاب

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari lemah, malas, penakut, bakhil, pikun dan azab kubur…  Ya Allah! Berikanlah kepada jiwaku ketaqwaannya, dan sucikanlah dia! Engkaulah sebaik-baik Yang menyucikannya. Engkaulah Penolong dan Pembelanya… Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfa’at,  dari hati yang tidak khusyu’ , dari nafsu yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak diperkenankan!” (HR. Muslim)

Semoga Allah SWT melindungi kita dari ilmu yang tidak bermanfa’at!

UG- Selasa 27/08/2013 pukul 7:08:07

Senin, Agustus 26, 2013

TAFAQQUH FID DIIN




وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. 9. At Taubah: 122)

Pada ayat 122 surat At Taubah di atas Allah SWT mengingatkan umat mukmin agar tidak seluruh mereka terjun ke medan peperangan guna menghadapi orang-orang kafir, atau pihak manapun juga yang hendak memadamkan Nur (agama) Allah… Tetapi hendaklah dari tiap-tiap golongan mereka  ada yang berjuang di medan lain, melakukan “tafaqquh fiddin”, memperdalam pengetahuan mereka tentang agama, dan memberi peringatan kepada kaumnya bila mereka kembali dari medan peperangan sehingga mereka itu dapat menjaga diri dari melakukan pelanggaran.

Jika dalam suasana perang umat mukmin diperintahkan untuk tidak mengabaikan tugas “Tafaqquh Fid Diin” –sebagai  fardhu kifayah bagi tiap-tiap golongan mereka—maka  kewajiban demikian tentu saja sama sekali tidak akan terlepas dari umat ini dalam suasana aman dan damai.

Sesungguhnya tantangan hidup kita –umat Islam—pada zaman ini jauh lebih kompleks dan lebih membahayakan dibandingkan dengan tantangan hidup yang dihadapi oleh pendahulu kita pada tahun-tahun berlalu… Kita sekarang  tidak hanya menghadapi tantangan yang berasal dari pihak non muslim, bahkan kita menghadapi bermacam ragam paham dan aliran keagamaan yang menyimpang dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW…  Kita menghadapi usaha tadhlil (penyesatan) dan tasykik (upaya menyebar keragu-raguan kepada Islam), yang jauh lebih gencar dan membahayakan dari pihak-pihak yang tidak sejalan dengan keyakinan kita; terutama dengan semakin canggihnya teknologi  informasi seperti yang kita alami sekarang…

Tegasnya, kita sangat membutuhkan para “Ulama yang bertafaqquh fiddiin”.

Akhirnya, meminjam istilah yuris muslim, “maalaa yatimmul waajibu illaa bihi fahuwal waajibu (sesuatu yang tidak sempurna yang wajib kecuali dengannya,  maka sesuatu itupun menjadi wajib)”, maka dapat kita ungkapkan, bahwa: Menumbuhkan lembaga pendidikan Islam; baik madrasah ataupun pesantren, atau lembaga lainnya yang mengkhususkan diri guna tafaqquh fiddiin –mendalami ilmu agama—adalah fardhu kifayah bagi kaum muslimin.

UG-Senin 26/08/2013 jam 16:53:52