Kamis, April 23, 2009

Kutipan Surat Khalifah Ali bin Abi Thalib kepada Malik Asytar, Gubernur Mesir




HARTA PALING BERHARGA

Ketahuilah olehmu, wahai Malik, aku kirim eng-kau sebagai gubernur ke suatu negeri yang masa lalunya pernah ditandai dengan pemerintahan yang adil dan yang tak adil. Rakyat akan mengamati tindakan-tindakan dengan teliti, sebagaimana engkau mengamati tindakan-tindakan para pendahulumu. Mereka akan mempercakapkanmu sebagaimana engkau memper-cakapkan pendahulu-pendahulumu. Sesungguhnya hanya orang-orang yang berbuat baik sajalah yang dipercakapkan baik oleh rakyat. Rakyatlah yang akan memberikan bukti tindakanmu. Maka harta yang paling bernilai yang semestinya kau dambakan haruslah perbuatan baik. Jagalah agar nafsumu tetap terkendali dan nafikanlah segala sesuatu yang terlarang bagimu, karena – hanya dengan pantangan semacam itu – engkau akan mampu membedakan antara yang mereka anggap baik dengan yang tidak.

Kembangkanlah di dalam hatimu rasa cinta akan rakyatmu dan jadikanlah hal ini sumber kebaikan dan keberuntungan bagi mereka. Jangan bergaul dengan mereka seperti orang barbar dan jangan engkau ambil untuk dirimu sendiri segala sesuatu yang menjadi milik mereka. Ingatlah bahwa penduduk Negara ada dua macam, saudaramu seagama atau saudaramu sesama manusia. Mereka memiliki kelamahan dan dapat berbuat keliru. Beberapa di antara mereka benar-benar melakukan kekeliruan. Maafkanlah mereka sebagai-mana engkau berharap Allah akan memaafkan engkau. Camkanlah dalam pikiranmu bahwa engkau ditempat-kan di atas mereka, sama seperti aku ditempatkan di atasmu. Dan kemudian ada Allah yang berada di atas orang yang memberimu jabatan gubernur. Allah meng-hendaki engkau memelihara orang-orang di bawahmu dan mencukupi mereka. Dan engkau akan dinilai berdasarkan apa yang engkau lakukan bagi mereka.

Jangan jadikan dirimu penentang Allah, karena tak kau miliki kekuatan untuk melindungi dirimu dari kemurkaanNya dan tak pula kau mampu menempatkan diri di luar kasih sayang dan ampunanNya. Jangan menyesal karena memaafkan dan pula bersenang hati dengan hukuman yang kau jatuhkan. Jangan bangkitkan dalam dirimu rasa marah, karena tidak ada kebaikan yang ditimbulkan olehnya.

Jangan berkata: "Aku adalah tuan dan penguasa mutlak kalian. Karenanya kalian harus tunduk pada perintah-perintahku." Ucapan ini akan merusakkan hatimu, melemahkan imanmu dan menimbulkan kekacauan di negaramu. Jika engkau merasa bangga dengan kekuasaan, merasakan dalam jiwamu gejala-gejala kebanggaan dan kesombongan – yang paling halus sekalipun – maka tengoklah kekuasaan dan keagungan pengaturan Ilahi atas jagad raya yang sama sekali berada di luar kendalimu. Hal ini akan mengem-balikan rasa keseimbangan pada pikiranmu yang terombang ambing dan memberimu perasaan tenang dan keramah tamahan. Ingatlah! Jangan sekali-kali kau tantang keagungan dan kemegahan Allah dan jangan kau tiru kemahakuasaanNya, karena Allah memandang rendah setiap pembangkang terhadapNya dan setiap tiran atas manusia.

Hormatilah hak-hak Allah dan hak-hak manusia dengan perbuatan-perbuatanmu, demikian pula dengan teman-teman dan kerabatmu. Ajaklah teman dan kerabatmu itu melakukan hal serupa, karena kalau tidak, engkau akan berlaku zalim terhadap dirimu sendiri dan terhadap kemanusiaan. Maka manusia dan Allahlah keduanya akan menjadi musuh-musuhmu. Orang yang menjadikan Allah sebagai musuhnya tak akan di dengar di mana-mana. Dia akan diperangi Allah sampai dia merasa sangat menyesal dan memohon ampun. Tidak ada yang sedemikian mudah meng-halangi manusia dari rahmat Allah atau menimbulkan kemurkaanNya selain daripada kekejaman. Maka dari itulah Allah mendengarkan suara kaum tertindas dan menjegal para penindas. (Kutipan dari buku Nahjul Balaghah)

Selasa, April 21, 2009

NASEHAT UNTUK PENGUASA

SURAT HASAN BASRI KEPADA KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ

Hasan Basri (wafat 110 H) seorang tokoh ulama besar salaf pernah mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H) antara lain sebagai berikut:

Ketahuilah wahai Amiral Mukminin! Bahwa Allah SWT menjadikan Kepala Negara yang adil untuk meluruskan segala yang miring, membetulkan segala yang bengkok, memperbaiki segala yang rusak, mem-belai kuatkan segala yang lemah, membela yang teraniaya dan untuk menjadi penolong bagi segala orang yang terlantar.

Kepala Negara yang adil wahai Amiral Mukminin, adalah laksana seorang gembala yang sayang kepada binatang gembalaannya, kawan yang mengantarkannya ke tempat gembalaan yang lebih baik, menjauhkannya dari tempat-tempat yang berbahaya, menjaganya dari gangguan binatang buas dan memeliharanya dari kepanasan dan kedinginan.

Kepala Negara yang adil wahai Amiral Mukminin, adalah laksana seorang ayah yang arif bijaksana terhadap anaknya, ia berbuat untuk kebahagiaan mereka, mengajarnya menjadi orang yang hidup berguna; ia berusaha membanting tulang selama hidupnya untuk mereka dan meninggalkan peninggalan yang berharga buat mereka sesudah matinya.

Kepala Negara yang adil wahai Amiral Mukminin, laksana seorang ibu yang berhati kasih, yang bersikap lemah lembut kepada anaknya; ia mengandungnya dengan segala susah payah dan melahirkannya dengan segala susah payah pula. Ia mengasuhnya selagi kanak-kanak dan matanya bertanggang sepanjang malam, tak bisa tidur dengan tak bisa tidurnya anaknya itu; dan tenang lega perasaannya dengan tenag leganya anaknya. Ia susukan anaknya itu di kala membutuhkan, dan ia hentikan bila masanya telah tiba. Ia bergembira ria dengan sehat afiatnya buah hatinya itu, sebaliknya berduka hati jika anaknya menderita sakit.

Kepala Negara yang adil wahai Amiral Mukminin, adalah menjadi pelindung anak yatim dan bendahara-wan bagi fakir miskin. Ia mendidik mengasuh mereka di kala kecil dan menjadi pelindungnya di kala ia besar.

Kepala Negara yang adil wahai Amiral Mukminin, penaka jantung hati yang terletak di antara tulang-tulang iga, ia menjadi baik dengan baiknya hati dan ia menjadi rusak dengan rusaknya hati itu.

Kepala Negara yang adil Wahai Amiral Mukminin, ialah orang yang berdiri di antara Allah dan para hambaNya. Ia mendengarkan firman Allah dan kemudian menyampaikannya kepada mereka, ia memandang kepada Allah dan kemudian ia memandang pula kepada para hambaNya itu; Ia patuh kepada Allah dan kemudian mengajak pula mereka itu supaya mematuhi perintah-perintahNya.

Dari itu wahai Amiral Mukminin. Dalam segala apa yang dikuasakan Allah kepada engkau. Janganlah sekali-kali berlaku bagaikan seorang budak yang telah diberi amanah oleh majikannya untuk menjaga harta benda dan keluarganya, tetapi ia khianat berbuat sewenang-wenang terhadap harta benda itu dan menelantarkan kaum keluarga majikannya itu sehingga tinggal menjadi miskin dan harta benda itu menjadi hancur musnah berantakan sama sekali.

Ketahuilah wahai Amiral Mukminin, bahwa se-sungguhnya Allah SWT telah menurunkan peraturan-peraturan yang mengandung ancaman yang berat (hudud) agar dengan itu orang menjauhkan diri dari skandal dan tindakan kejahatan. Tetapi bagaimana apabila yang melanggarnya orang yang seharusnya membelanya? Bahwa Allah SWT telah menjadikan hukum kisas sebagai jaminan kehidupan bagi para hambaNya, tetapi bagaimana apabila yang menjadi pembunuh mereka itu orang yang seharusnya dituntut menjalankannya?

Wahai Amiral Mukminin, ingatlah senantiasa akan maut dan apa yang akan terjadi sesudah maut itu sedangkan para pengikut dan pembelamu di hadapan-Nya adalah sedikit. Maka dari itu persiapkanlah perbekalanmu menghadapinya dan apa yang terjadi kemudiannya berupa kerisauan yang besar.

Ketahuilah wahai Amiral Mukminin, bahwa bagi engkau telah tersedia tempat tinggal yang lain dari rumah yang engkau tempati kini; yang engkau ter-bangun padanya sepanjang waktu tak bisa tidur sedangkan kekasihmu menjauhkan diri daripadamu; mereka menyerahkan engkau pada tempat yang paling bawah seorang diri tak ada teman. Maka dari itu siapkanlah perbekalan sejak kini yang kelak akan menemani engkau:

"Ingatlah pada hari di mana manusia melarikan diri dari saudaranya, ibunya dan bapaknya, dan daripada isteri dan anak-anaknya." (QS. Abasa: 34-36)

Wahai Amiral Mukminin, ingatlah!

"Apabila dibongkar isi kubur dan dijelaskan apa yang tersimpan di dalam dada." (QS. Al-Adiyat: 9-10). Maka segala rahasia akan terbongkar nyata, sedangkan kitab catatan laporan amalpun menerangkan:

"Tidak ada yang kecil maupun yang besar melain-kan semuanya itu tercatat di dalamnya." (QS. Al-Kahfi: 49). Maka sekarang wahai Amiral Mukminin, tampillah ke depan berbuat kebajikan sebelum ajal datang dan sebelum terputus segala cita-cita!...

(Sayyid Sabiq, 'Anashirul Quwwah fil Islam, pag. 154-156/ Firdaus AN, Detik-detik terakhir Kehidupan Rasulullah SAW, pag. 106-109)